Saturday, October 15, 2016

Makalah Perawatan Dan Pencegahan Cedera Olahraga



MODUL PERAWATAN DAN PENCEGAHAN
CEDERA OLAHRAGA
Program Sarjana Kependidikan Guru Dalam Jabatan
PSKGDJ FPOK IKIP Mataram
 
Disusun Oleh :

SOEMARDIAWAN M,Pd
ABU BAKAR, S.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MATARAM
2014

 



KATA PENGANTAR


Atas berkat rahmat Allah SWT, kami telah berhasil menyelesaikan modul yang berjudul “Perawatan dan Pengobatan Cedera Olahraga”. Modul ini merupakan buku panduan yang dapat digunakan mahasiswa- mahasiswa jurusan pendidikan olahraga dan dialokasikan secara khusus pada Program Sarjana Kependidikan Guru Dalam Jabatan (PSKGDJ) FPOK IKIP Mataram.
Modul ini disusun untuk membantu mahasiswa khususnya jenjang strata satu guna memahami beberapa pokok bahasan yang terkait dengan perawatan dan pengobatan cedera dalam olahraga maupun masalah lain yang menjadi faktor-faktor yang terlibat.
Pada kesempatan yang baik ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para mahasiswa yang dapat memanfaatkan modul ini sebagai buku panduannya dalam belajar.
Modul ini akan terus disempurnakan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan sangat dinamis. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan materi di dalamnya.



Mataram , Mei  2014



                                                                                 Tim Penulis





DAFTAR ISI


Halaman
Halaman Judul ........................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................... iii

A. PENDAHULUAN............................................................................... 1
B.  TUJUAN INSTRUKSIONAL............................................................ 1
C.  MATERI BELAJAR............................................................................ 2
Kegiatan Belajar 1
BAB I Pengertian Cedera.................................................................. 2
Rangkuman ....................................................................................... 6
Kegiatan Belajar 2
BAB II Tingkatan Cedera Olahraga.................................................. 7
A. Klasifikasi Cedera Olahraga.................................................. 7
B. Strain dan Sprain................................................................... 9
Rangkuman................................................................................ 10
Kegiatan Belajar 3
BAB III  Penyebab dan Pencegahan Pada Cedera Olahraga............ 12
A.    Penyebab Terjadinya Cedera................................................. 12
B.     Pencegahan Cedera................................................................ 15
Rangkuman ................................................................................. 19
Kegiatan Belajar 4
BAB VI Perawatan dan Penanganan Cedera Olahraga................... 21
A.    Penanganan Perdarahan ......................................................... 21
B.     Penanganan Pertama .............................................................. 22
C.     Penanganan Rehabilitasi Medik.............................................. 22
Rangkuman .................................................................................. 28
Kegiatan Belajar 5
BAB V  Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan PPPK (P3K)........ 29
A.    Perdarahan yang Hebat .......................................................... 31
B.     Pernafasan yang Berhenti........................................................ 32
C.     Keracuran ............................................................................... 36
D.    Gangguan Keadaaan Umum................................................... 37
Rangkuman .................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA
























PERAWATAN DAN PENCEGAHAN CEDERA

A.    PENDAHULUAN
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani, modul ini mengantar anda agar mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan pencegahan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkannya pada saat menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah.
B.     Tujuan Instruksional
Setelah anda mempelajari modul ini anda diharapkan dapat :
Ø Menjelaskan pengertian cedera.
Ø Mengenal secara mendalam tentang tingkatan cedera olahraga.
Ø Dapat  menjelaskan penyebab dan pencegahan pada cedera olahraga.
Ø Mampu menyampaikan informasi dan menunjukkan tata cara memberikan demonstrasi perawatan dan penanganan cedera olahraga.
Ø Mampu mendemonstrasikan PPPK.
 


















C.    MATERI BELAJAR
KEGIATAN BELAJAR 1

BAB I  PENGERTIAN  CEDERA
Sport Injuries ialah segala macam  cidera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan) ataupun sesudahnya, dan tulang, otot, tendon, serta ligamentum. Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberi kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera?, tentu ini tergantung dari macamnya olahraga, dari olahraga jalan santai, tenis  meja (pimpong), balapan (racing), tentu memberikan resiko yang berbeda.
Adapun pengertian cidera dapat diartikan sebagai suatu akibat daripada gaya-gaya yang yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobby,sedang atlet baik amatir dan profesional selalu berusaham  mencapai prestasi sekurang-kuragnya utuk menjadi juara tidak menutup kemungkinan akan mengalami cidera. Namun adapun beberapa faktor yang mempunyai peran perlu diperhatikan agar dapat memperkecil cidera antara lain:
1. Usia Kesehatan Kebugaran
Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut proses digenerasi mulai berlangung pada usia 30  tahun, dan fungsi tubuh akan berkurang 1% pertahun (Rule of One), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan jaringan akan mulai berkurang akibat proses degenerasi, selain itu jaringan jadi rentan terhadap trauma. Untuk mempertahankan kondisi agar tidak terjadi pengurangan fungsi tubuh akibat degenerasi, maka “exercise”/latihan sangat diperlukan guna mencegah timbulnya Atrofi, dengan demikian jelas bahwa usia memegang peranan.
2. Jenis Kelamin
Sistem hormon dalam tubuh pria berbeda dengan wanita, demikian pula bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik, maka tidak semua jenis olahraga cocok untuk semua golongan, usia/jenis kelamin. Hal ini apabila dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis olahraga tertentu.
3. Jenis Olahraga
Kita tahu bahwa tiap macam olahraga; apapun jenisnya, mempunyai peraturan permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan cedera, peraturan tersebut merupakan salah satu upaya mencegahnya.
4. Pengalaman Teknik Olahraga
Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tertentu tercapai perlupersiapan dan latihan antara lain:
-          Metode atau cara latihanya
-          Tekniknya agar tidak terjadi “over use
5. Sarana/Fasilitas
Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera masih mungkin timbul akibat sarana yang kurang memadai.
6. Gizi
Olahraga memerlukan tenaga dan untuk itu perlu gizi yang baik, selain itu gizi menentukan kesehatan dan kebugaran.
Dalam ilmu kedokteran sangat jelas bahwa dengan olahraga yang teratur memegang peranan untuk memperoleh badan yang sehat, menghindari penyakit-penyakit seperti penyakit jantung, serta menunda proses-proses degeneratif yang tidak bisa dihindari oleh proses penuaan. Keadaan akan pentingnya serta keuntungan yang diakibatkan oleh olahraga adalah sesuai dengan perubahan-perubahan kondisi sosial dan ekonomi bila kita menilai beragam olahraga, ada permainan-permainan tertentu yang yang bersifat kompetitif untuk dipertandingkan dimana masing-masing individu harus bisa mencapai prestasi maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering mengundang terjadinya cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor penyebab serta peralatan olahraga tersebut diperhatikan.
Kegiatan olahraga sekarang ini benar-benar telah menjadikan bagian masyarakat kita, baik masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang lebih baik, telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan  jasmani dan rohani. Seperti apayang diungkapkan Hippocrates (460-377 S M), bila tiap individu memperoleh makanan yang cukup dan latihan yang cukup pula, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, kita akn memperoleh kesehatan dengan cara yang aman.
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi/komkpetisi, tetapi juga olahraga untuk kebugaranjasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan secara pribadi, tetapi juga member keuntungan bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga pada waktu ini semakin mendapat  perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas olahraga tersebut, korban cedera olahraga terus bertambah. Amat disayangkan jika justru cedera olahraga tersebut, para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi atau  kebugarannya.



“ Cedera olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka, dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh.
 



Cedera olahraga apabila tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlet ini bisa berarti istirahat  yang cukup lama atau ba hkan harus meninggalkan sama sekali hobby atau profesi itu. Oleh sebab itu dalam penanganan cedera olanghraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.
Lebih dari 2.000 tahun yang lalu Hipocrates menulis:
if we could give every individual the right a mount of naurisment and exercise, not too little and not  too much, we would have found the safest way to health
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan atau meneyesuaikan diri.
Harus diingat bahwa seemua orang dapat terkena celaka yang bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati masih juga celaka, tetapi bila kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi resiko cedera tersebut.
Cedera olahraga dapat digolongkan dalam 2 kelompok besar :
1. Kelompok kerusakan traumatik ( traumatic disruption) seperti :
Lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
2. Kelompok “ sindroma penggunaan berlebihan” (overuse syndromes), yang lebih spesifik berhubungan dengan jenis olahraganya seperti, tenis elbow, golfer’s elbow, swimwer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan dahi.

Rangkuman
ü  Cedera adalah suatu akibat dari pada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya  gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
ü  Sport Injuries ialah segala macam  cidera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan) ataupun sesudahnya, dan tulang, otot, tendon, serta ligamentum
ü  Dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan ditimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan atau menyesuaikan diri.
ü  Cedera olahraga adalah rasa sakit yang dirtimbulkan  karena olahraga,sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh.























KEGIATAN BELAJAR 2

BAB II TINGKATAN CEDERA OLAHRAGA

Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi pemulihan seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau perlu keprestasi sebelum cedera. Kita ketahui bahwa penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua/atau bermacam alat (organ) atau system jaringan di tubuh kita, selain itu juga penyembuhan juga tergantung dari derajat kerusakan yang diderita oleh jaringan, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan secara dini.
Dengan demikian peranan seseorang yang berkecimpung dalam kedokteran olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta cara memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah, sehingga penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat dicapai dalam waktu singkat, uintuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan, untuk mempertahankan kondisi jaringan yang cedera agar tidak terjadi pengecilan otot (atropi).
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat diperlukaan adanya pengetahuan atau tingkatan-tingkatan cedera, sehingga akan tepat dalam menangani dan penyembuhan pada seseorang cedera olahraga, adapun tingkatan tersebut adalah :

A. Klasifikasi Cedera Olahraga
1. Macam-macam cidera olahraga berdasarkan penyebabnya
a.       External violence adalah cidera yang timbul atau terjadi karena pengaruh atau sebab yang berasal dari luar
b.      Internal violence adalah cedera yang terjadi karena kesalahan koordinasi otot-otot dan sendi yang kurang sempurna sehingga menimbulkan gerakan-gerakan yang salah dan mengakibatkan cidera
c.    Over-use (pemakaian terus-menerus/terlalu lelah cidera ini timbul karena pemakaian otot yang berlebihan atau terlalu lelah.
2. Macam-Macam Cidera Olahraga Berdasarkan Berat Dan Ringannya
a.    Cidera ringaan ialah cedera yang tidak diikuti kerusakan yang berarti  pada jaringan tubuh kita misalnya: kekakuan dan kelelahan otot.
b.    Cidera berat ialah cidera yang serius , dimana pada cidera tersebut kita jumpai padanya kerusakan jaringan pada tubuh kita misalnya: robeknya pada otot patah tulang, ligamentum dan kriteria cidera berat
1)   Kehilangan substansi atau kontinuitas.
2)   Rusaknya atau robeknya pembuluh darah peradangan setempat ditandai dengan kalor = panas, rubor = merah, tumor = bengkak, dolor = nyeri, fungsi-olesi tidak dpt dipergunakan
3. Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam,yaitu :
1. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit, misalnya : lecet, memar, sprain yang ringan.
2. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkatan kerusakan jaringan lebih nyata ; berpengaruh pada reformance atlet, keluhan bisa berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi tanda-tanda inplamsi misalnya : lebar otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligamen (sprain grade II).
3. Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlet perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah, terdapat pada robkan lengkap liamen (sprain gade III dan IV/sprain fracture) fraktur tulang.

B. STRAIN DAN SPRAIN
Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera olahraga.
1. Strain
Strain adalah menyangkut cedera otot atau tendon.
Strain dapat dibagi atas 3 tingkat, yaitu :
a. Tingkat 1 (ringan)
Strain tingkat ini tidak ada robekan, hanya terdapat kondisi inflamasi ringan,  meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlet, misalnya strain dari otot hamstring (otot paha belakang) akan mempengaruhi atlet pelari jarak pendek/sprinter, atau pada baseball pitcher, yang cukup terganggu dengan strain otot-oto lengan atas meskipun hanya ringan karena dapat menurunkan endurance (daya tahannya)
Gambar 1. Cedera Hamstring
b. Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon, sehingga mengurangi kekuatan.
c. Strain pada tingkat 3 ini sudah ada rupture yang lebih hebat sampai komplit, ini diperlukan tindakan bedah (repain) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.

2. Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligamen. Sprain dapat dibagi 4 tingkat, yaitu :
a. Tingkat 1 (ringan)
Cedera sprain tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada berupa serat ligamen, terdapat hematom kecil didalam ligament tidak ada gangguan fungsi.
b. Tingakat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan lebih luas, tetapi minimal 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu, untuk benar-benar aman mungkin diperlukan waktu 4 bulan, seringkali terjadi para atlet memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan belum berakhir, maka akibatnya akan timbul cedera baru lagi.
c. Tingkat 3 (berat)
Cedera Sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligamen dari tempat lekatnya, dan fungsinya terganggu secara total, maka sangat penting untuk segera mnempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.
d. Tingkat 4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjaddi akibat ligamennya terobek dimana tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.

Rangkuman
Ø  Strain adalah cedera yang menyangkut cedera otot atau tendon.
Ø  Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament
Ø  Klasifikasi cedera olahraga ada 3 macam :
·         Cedera tingkat 1 (ringan)
Contoh : lecet, memar (sprain ringan)
·         Cedera tingkat 2 (sedang)
Contoh : lebar otot, strain otot-tendon, robeknya ligament.
·         Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap pada otot.
Ø Strain ada 3 tingkatan :
·         Strain tingkat 1 (ringan)
(Terdapat inplamasi ringan).
·         Strain tingkat 2 (sedang)
(terdapat kerusakan pada otot/tendon)
·         Strain tingkat 3 (berat)
(ruptur lebih hebat sampai komplit)
Ø  Sprain ada 4 tingkatan :
·         Sprain tingkat 1 (ringan)
(terdapat robekan pada beberapa serat ligamen dan hematom kecil)
·         Sprain tingkat 2 (sedang)
(terdapat robekan lebih luas, perlu pengembalian/ mobilisasi/perawatan 6-10 minggu.
·         Sprain tingkat 3 (berat)
(terdapat robekan secara total/lepasnya ligamen dari tempat melekatnya).
·         Sprain tingkat 4 (sprain fraktur)
(terobeknya ligamen dan lepasnya tulang).















KEGIATAN BELAJAR 3
BAB III  PENYEBAB DAN PENCEGAHAN PADA CEDERA OLAHRAGA

Cedera olahraga perlu diperhatikan, terutama para pelatih, guru pendididikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempuunyai atlet cedera olahraga.
Sekarang kita hendaknya kita satukan bahasa dulu bahwa yang paling sentral dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga yaitu orang yang paling dekat dengan atlet. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah baik daripada apabila kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu betul tentang olahraga.
            Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakaan pertama pada cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlet. Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event, mengistirahatkan atlet boleh dikatakan mustahil, karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah  muncul seni yang tinggi tentang pengelolaan atlet yang cedera
            Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecendrungan cedera yang berbeda, sebagai pelatih haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar.Banyak sekali penyebab-penyebab cedera olahraga yang perlu dipehatikan, sehingga para atlet dapat menepis atau menghindari kecendrungan untuk cedera olahraga.

A.    Penyebab Terjadinya Cedera
Beberapa faktor-faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedera olahraga.
1.      Faktor olahragawan/wati. Faktor Ini meliputi beberapa faktor manusia itu sendiri antara lain :
a. Umur
Faktor umur sangat menentukankarena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya, pada umur 30-40 raluman kekuatan otot akan relatif menurun.  Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia 30 tahun.
Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.
b. Faktor Pribadi
Kematangan (motoritas) seseorang olahraga akan lebih mudah dan sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang telah berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlet yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan/atlet yang telah berpenglaman.
d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan-latihan  yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaiknya latihan yang terlalu keras berlebihan bisa mengakibatkan cedera karena “overuse”.
e. Teknik
Perlu diciptakan tehnik yang benar. Dalam melakukan tehnik salah maka akan dapat menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (Warming up)
Kecendrungan tinggi apabila tidak dilakukan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak diinginkan misalnya, terjadi sprain, strain ataupun ruptur tendon dan lain-lain.
Gambar 2. Warming Up
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat daripada organ-organ tubuh termasuk sistem muskuloskeletal setelah dipergunakan untuk bermain, perlu untuk recoveri (pulih asal), dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit
Kondisi yang kurang sehat, sebaiknya tidak dipaksakan untuk berolahraga, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan nutrisi
 Baik berupa kalori, cairan, vitamin yang memadahi untuk kebutuhan tubuh yang sentral.
j. Hal-hal yang umum
Tidur istirahat yang cukup, hindari alkohol, rokok dan lain.
2.      Peralatan dan Fasilitas
a.    Peralatan : bila kurang atau tidak memadahi, design yang jelek dan kurang baik memudah terjadinya cedera.
b.   Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jrnis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis-jenis olahraga yang khusus.
c.       Faktor karakter daripada olahraga
Masing-masing cabang olahraga mempunyai tujuan tertentu, suatu misal olahraga yang kompetitif, biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.

B. Pencegahan Cedera
Mencegah lebih baik daripada mengobati hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja tetapi masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
1.    Pencegahan lewat keterampilan
Andil besar keterampilan dalam pencegahan cedera telah terbukti, karena penyiapan atlet, dan resikonya harus dipikirkan lebih awal, untuk itu para atlet sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wajar/relaks. Dalam meningkatkan atlet tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk kemampuan daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko
Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atletnya, serta harus dapat mengurangi dosis latihan sebelum cedera timbul.
a.    Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap.
b.    Kulit dan otot terasa mengembang.
c.    Kehilangan selera makan.
d.   Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah.
e.    Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat.
f.     Penurunan berat badan.
g.    Melambatnya pemulihan.
h.    Cenderung menghindari latihan/pertandingan.
2. Pencegahan lewat fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera para atlet baik cedera otot, sendi dan tendon, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
a.    Strength
Otot lebih kuat bila dilatih, beban waktu latihan harus cukup sesuai nomor yang diinginkan, untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar tidak mudah cedera.
b. Daya tahan
     Ini meliputi endurance otot, paru danjantung, daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahanmengundang cedera.
c. Pencegahan lewat makanan
     Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.
     Makanan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlet sehubungan dengan latihannya.
     Atlet harus makan makanan yang mudah dicerna yang berenergi tinggi, kira-kira 2,5 jam menjelang latihan/pertandingan.
d. Pencegahan lewat Warm-up
     Ada 3 alasan kenapa warm-up harus dilakukan :
v  Untuk melenturkan (stretching) otot tendon, dan ligament utama yang akan dipakai.
v  Untuk menaikkan suhu badan terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.
v  Untuk menyiapkan atlet secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.
e. Pencgahan lewwat lingkungan
     Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan, seorang atlet jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Haruslah memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar dan baik agar tidak membahayakan.
f. Peralatan
     Peralatan yang standard punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula contoh sederhana sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan dalama berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga ummumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini dihubungkan dengan dominannya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari olahraga lain.
     Sepatu yang baik sangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat memperkecil resiko cedera olahraga.
Konstruksi sepatu
     Sepatu lari yang baik mempunyai ciri-ciri konstruksi sebagai berikut :
1.      Sol relatif tebal dan kuat,tetapi cukup elastik sehingga mampu meredam benturan. Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata (bergelombang atau berkembang-kembang).
2.      Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).
3.      Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “achilles pad”dengan tujuan mencegah cedera tendon achilles (bersama dengan poin 2).
4.      Terdapat “arch support” yang baik.
5.      Harus cukup fleksibel, dapat dibengkokkan ddengan mudah.
6.      Heel counter” harus kuat dan kaku.
7.      Berat sepatu sekitar 238-340 gram.
Gambar 3. Jenis/bentuk sepatu
Sepatu yang pas, jika jarak antara ujung jari kaki dengan bagian depan sepatu selebar satu jari tangan (1,5 cm). bagian yang lebar dari kaki pas dengan bagian lebar dari sepatu, serta tumit “terpegang” dengan pas pada “counter” (bagian belakang) sepatu. Pengepasan sepatu harus dengan memakai kaos kaki ( harus cukup empuk dan tebal) yang biasa digunakan..
 g. Medan
     Medan dalam menggunakan latihan/petandingan mungkin alam, mungkin buatan/sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sinteik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak, yang terpenting atlet mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
h. Pencegahan lewat pakaian
     Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, kaos,celana, kaos kaki, ini sama juga perlu mendapat perhatian, misalnya celana kalau terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan, bahkan akan mempengaruhi penampilan atlet.
i. Pencegahan lewat pertolongan
     Setiap cedera memberi kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebiih berat lagi, masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidak stabilan tersebut penyebab cedera berikutnya, dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.
j. Implikasi terhadap pelatih
     sikap tanggung jawab dan sportifitas pelatih, official, tenaga kesehatan dan atletnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlet memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlet merupakan faktor yang lebih penting.

Rangkuman
Ø  Faktor-faktor penting dalam penyebab cedera olahraga ada 3 faktor, yaitu :
·     Faktor olahragawan/wati
·     Faktor peralatan dan fasilitas
·     Faktor karakter dari pada olahraga
Ø  Pencegahan cedera memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan antara lain :
·     Pencegahan lewat keterampilan dan Pencegahan lewat fitness
·     Pencegahan lewat makanan dan Pencegahan lewat warming up
·     Pencegahan lewat lingkungan dan Pencegahan lewat peralatan
·     Pencegahan lewat medan dan Pencegahan lewat pakaian
·     Pencegahan lewat pertolongan
Ø  Implikasi terhadap pelatih Perlunya tanggung jawab pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlet, tentang sportifitas kalau cedera tidak perlu memaksakan kehendak untuk tampil perlunya pertimbangan akibat cedera.


















KEGIATAN BELAJAR 4

BAB VI PERAWATAN DAN PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA
Dalam melakukan perawatan dan penanganan cedera olahraga terlebih dahulu mengetahui, dan apa yang harus dikerjakan. Ada tidakkah perdarahan, fraktur tulang (patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin kerusakan jaringan lunak yang sering terjadi dalam olahraga, bahkan mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil atau besar (perdarahan di bawah kulit) di daerah itu, bila ini terjadi aka nada warna ungu, nyeri dan bengkak.

A.    Penanganan Perdarahan
Penanganan cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya perdarahan lokal.
1.      Akut (0-24 jam)
Kejadian cedera antara saat kejadian sampai proses perdarahan berhenti, biasanya 24 jam, pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.
2.      Sub-akut (24-48 jam)
Masa akut telah berakhir, perdarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah lagi. Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke tingkat akut, berdarah lagi.
3.      Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Perdarahan telah berhenti, kecil kemungkinan kembali ketingkat akut, penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baik masa ini dapat dipersingkat, pelatih harus mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus meminta pertolongan dokter.

B.     Penanganan Pertama
Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dan keputusan yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan, bila dokter tidak ada, pelatih terpaksa harus memutuskan sendiri, keadaan ini paling banyak berlaku. Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlet terus atau berhenti, untuk cedera yang berat keputusannya menjadi sangat sulit. Bila regu istirahat atlit anda, pelatih sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan praktis secara fungsional di lapangan.

C.    Penanganan Rahabilitasi Medik
Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitas medik yang sering digunakan adalah :
1.      Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik
2.      Pelayanan fisioterapi
3.      Pelayanan alat bantu (ortesa)
4.        Pelayanan pengganti tubuh (protesa)
Penanganan rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.
a.       Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.
Cedera akut ini terjadidalam waktu 0 – 24 jam. Yang paling penting penanganannya adalah pertama evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang membahayakan jiwanya atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan upaya yang  terkenal RICE, yaitu :
R – Rest    :     Di istirahatkan, adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.  Dalam hal ini bagian yang cidera tidak boleh dipakai  atau digerakan, rest ini tujuan sama dengan fungsiolesi, supaya perdarahan lekas berhenti dan mengurangi pembengkakan
I – Ice        :     Terapi dingin, gunanya mengurangi perdarahan dan meredakan rasa nyeri.
Tujuan : Untuk menghentikan perdarahan penyempitan atau vasokontraksi sehingga memperlambat aliran darah, Supaya perdaran darah lekas berhenti dan mengurangi pembengkakan, dan Mengurangi sakit.
C – Comperation    : penekanan atau balut tekan gunanya membantu mengurangi    pembekakan jaringan dan perdarahan lebih lanjut dan untuk mengurangi pergerakan
E – Elevation   : mengangkat bagian cidera lebih tinggi dari letak jantung
Supaya pendarahan berhenti dan pembengkakan dapat segera berkurang, karena aliran darah ke arteri menjadi lambat (melawan gaya gravitasi bumi) sehingga perdarahan mudah berhenti, sedangkan aliran vena menjadi lancar sehingga pembengkakan berkurang dan peninggian daerah cedera gunanya mencegah stasis, mengurangi edema (pembengkakan) dan rasa nyeri.
Jadi  kesimpulan setelah cidera 24 jam sampai dengan 36 jam, Setelah dijelaskan metode rice tahapan pertama sekarang kita sampai pada tahapan kedua  pengobatan yaitu pemberian kompres  panas disebut juga dengan head treadment  tujuannya adalah menceraiberaikan traumatic effusion (cairan plasma darah yang keluar dan masuk di sekitar tempat yang cidera

b.      Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut
Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa :
1.      Pemberian modalitas terapi fisik Terapi dingin  Cara pemberian terapi dingin :
a.       Kompress Dingin :
Tekhnik potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera.
Lamanya : 20 – 30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.
b.      Massage es :
Tekhniknya dengan menggosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5 – 7 menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.
c.       Pencelupan/ peredaman :
Teknik yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang dicampur es lamanya 10 – 20 menit.
d.      Semprot dingin :
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang cedera.
2.      Terapi panas
Pada umumnya tolerasi yang baik terhadap terapi panas adalah bila diberikan pad  fase subakut dan kronis dari suatu cedera, namun tetapi panas dapat pula diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya. Kedalam penetras  ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang terlihat pada tabel 4.1, di bawah ini.
Tabel 4.1 : pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.
Penetrasi
Macam
Contoh
Dangkal(superfisial)
Lembab/ Basah
Kompres kain air panas “ Hydrocollator pack” mandi uap panas “ parafifin wax bath” hydrotherapy
Dalam (Deep)
Kering



Diatermi
Kompres botol air panas
Kompres bantal pemanas tenaga listrik
Lampu merah infra
Diatermi gelombang pendek
Diatermi gelombang mikro
Diatermi suara ultara

Secara ringkas efek pemberian panas secara local dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 : Respon fisiologis terhadap panas.

1.      Panas menungkatkan efek vaskulastik jaringan kolagen
2.      Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit
3.      Panas mengurangi kekakuan sendi
4.      Panas menguragi dan menghilangkan spasme otot
5.      Panas meningkat sirkulasi darah
6.      Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan eksudasi
7.      Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker


3.   Terapi air (Hydrotherapy)

Pada bagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong. Terapi air dipilih karena adanya efek daya apung dan efek pembersih jenis terapi ini dapat kita berikan dengan memakai bak atau kolam air. Tekhnik lain terapi air adalah “contrast bath” yaitu dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat suhu 40.50 – 43.30 C dan satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 100  - 150 C anggota gerak yang cedera bergantian dengan waktu sebagai berikut :
                  H         D         H         D         H         D         H         D
Waktu            8.10     2          34        1          34        1          34        1 dst
(menit)

Keterangan :
H      : hangat
D      : dingin
Lama waktu keseluruhan 25 – 35


4.      Perangsangan Listrik

Peangsangan listrik mempunyai  efek pada otot yang normal maupun otot yang denervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal antara lain relaksasi otot spasme, re-edukasi otot, mengurangi spastisitas dan mencegah terjadinya trombolebitis. Sedang pada otot denervasi efeknya meliputi menunda progerese atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.
5.      Massage
Dengan memberikan masase yang lembut dan ringan kurang lebih satu minggu setein akan lah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.
6.      Pemberian terapi latihan
Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan/ robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian perifer. Sedangakan cedera tulang persendian (ligamen) memerlukan waktu yang lebih lama.
1.      Latihan luas gerak sendi
2.      Latihan peregangan
3.      lat ihan daya tahan
4.      latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh

7.  Pemberian ortesa (alat bantu tubuh)
Pada terjadinya cedera  olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya oresa dapat berfungsi lebih banyak antara lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak bawah, mencegah ter jadinya deformitas dan meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.





Gambar 4. Ortesa Leher

8.      Pemberian protesa (pengganti tubuh)
Protesa adalah suatu alat bantu yang diberikan paa atlit yang cedara yang mengalami kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggantikan bagian tubuh yang hilng akibat dari cedera tersebut.

Rangkuman

Ø  Tindakan yang perlu dilakukan pada olahraga akut adalah RICE yaitu : Rest (istirahat), Ice (es), Comprestion (penekanan) dan Evevation (Peninggian)
Ø  Penanganan pada cedera olahraga lanjut tergantung pada problem yang ada dan antara lain berupa : pemberian modalitas terapi latihan, pemberian alat bantu tubuh (ortes) dan pemberian protesa (pengganti tubuh).
Ø  Rehabilitasi medic yang sering digunakan adalah : pelayanan spesialistik rehabilitasi medik, pelayanan fisioterapi, pelayanan alat bantu (ortesa) dan pelayanan alat pengganti tubuh (protesa)
 






































KEGIATAN BELAJAR 5

BAB V  PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PPPK (P3K)


Pertolongan Pertama Adalah Pertolongan Semantara Yang Diberikan Terhadap Seseorang Yang Mengalami Sakit Atau Kecelakaan Sebelum Ditangani Oleh Tim Medis/ Dokter. Untuk Itu Diperlukan Pengetahuan P3K Yang Dimiliki Setiap Orang Apabila Memerlukan Pertolongan Secara Mendadak Dan Dapat Diberikan Secara Mendadak. (P3K) Adalah bantuan perawatan gawat darurat yang pertama diberikan kepada korban kecelakaan atai cidera sebelum dokter datang atau dibawa kerumah sakit terdekat
Tujuan dari P3K
1.      Menyelamatkan jiwa korban
2.      Mencegah agar cidera yang ada tidak berubah
3.      Mempercepat penyembuhan
Hal-Hal Pokok  Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan P3K
  1. Penolong Jangan Panik
  2. Perhatikan Keadaan Umm Dari Korban
v  Ada Tidaknya Gangguan Pernafasan
v  Ada Tidaknya Gangguan Fungsi Jantung
v  Ada Tidaknya Tanda-Tanda Syok
v  Ada Tidaknya Gangguan Kesadaran
v  Ada Tidaknya Perdarahan
Ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan tindakan apa yang harus dilakukan, yaitu :
-          Panggilan dokter selekas mungkin, kalau tidak ada segera bawa kerumah sakit.
-          Hentikan pendarahan
-          Cegah dan atasi shoch atau gangguan keadaan umum yang lainya
-          Selamatkan pernafasannya
-          Cegajlah infeksi.
Secara prinsip bahwa P3K adalah penyelamatan jiwa seseorang dan kematian, juga mencegah kemungkinan terjadinya cedera yang tidak membuat semakin parah pada penderita baik itu perdarahan yang hebat, pernafasan yang berhenti, keracunan, dan gangguan-gangguan umum misalnya: kelengar, shock, pingsan dan mati suri, kemungkinan cedera patah tulang dari anggota tubuh maupun saja.
Dalam memberikan pertolongand, seorang yang akan menolong tidak boleh dalam kondisi tengang dan bingung, namun dengan ketenangan dalam setiap tindakan dan mendahulukan yang paling penting.
Membuat pertolongan pertama adalah suatu hal yang paling sulit karena harus dilakukan sungguh-sungguh dari si penolong karena memerlukan waktu, tenaga dan pikiran bahwa ada kemungkinan harus mengeluarkan materi.
Jenis Ganguan Yang Membutuhkan Tindakan P3K
1.      Pingsan adalah suatu keadaan dimana kesadaran hilang sama sekali , dan Penyebabnya sinar matahari, ruangan yang penuh sesak dll
 
a.       Posisi pasien harus tidur terlentang
b.      Longgarkan baju, celana,, kemudian sepatu di lepas
c.       Berikan minyak kayu putih kemudian ciumkan di hidungnya
d.      Usahkan minyak kayu putih ke bagian yang diperlukan
2.      Serangan Sesak Nafas/ Asma
penyebabnya allegri, infeksi virus, cuaca dinggin, latihan berat, emosi, dll
1.      Istirhatkan dengan posisi duduk tegak untuk mengurangi sesak nafas
2.      Beri obat asma
3.      Jangan tinggalkan atlet
4.      Panggilan ambulans jika: bertambah sesak, tidak ada respon terhadap obat setelah 10-15 menit berhenti bernapas atau berhenti jantung.

A.    Perdarahan yang Hebat

Penanganan perdarahan haruslah memerlukan perhatian dan konsentrasi, karena jangan sampai si penderita kehilangan darah yang lebih banyak untuk itu penolong harus memperhatikan, apakah perdarahan dari vena, atau arteri kalau dari arteri maka darah yang keluas lebih deras, dengan demikian se penolong harus ekstra hati-hati.
Ada beberapa hal yang harus dikerjakan bagi si penolongan, yaitu
1.      Angkatlah/ tinggikan posisi yang luka dari jantung
-           Penekakan luka (tour niquen)
Teklanlah pada luka yang mengeluarkan darah dengan kain yang halus, tebal, dan empuk.



Gambar 5.1  Tekanlah luka dengan kain tebal halus dan empuk
-          Membalut
Setelah ditekan dengan kain, maka lakukanlah pembalutan, agar pendarahan dapat segera berhenti dan luka tidak sampai terinfeksi. Oleh sebab itu pembalut, gunting harus yang strerit dan lukanya terlebih dahulu dibersikan dengan sabun atau alcohol 70 %
Gambar 5.2  Balutlah tempat perdarahan

-          Janganlah mengganggu bekuan darah yang terdapat pada luka-luka dimaksudkan supaya luka supaya menutup dan tidak terluka kembali.

B.     Pernafasan yang Berhenti

Penderita sebelum ditangani terlebih  dahulu dilihat masih bernafaskan atau sudah berhenti, kalau sudah berhenti perlu dicari langkah bagaimana supaya dapat bernafas lagi.
Pernafasan (respirasi) terdiri dari gerakan, yaitu menarik/ memasukkan O2 keadaan paru-paru (inspirasi) dan gerak mengeluaskan nafas (CO2) disebut ekspirasi.
Penderita yang berhenti nafasnya maka pertama.

1.      Bukalah tempat/ lubang pernafasan dari gagguan barang-barang asing, contoh, lendir, darah membeku dan sebagainya.
2.       Berikan nafas bantuan (resusitasu)
Resusitasi adalah tindakan yang dilakukan pada seseorang dengan maksud untuk membuat atau menimbulkan kembali pernafasan secara spontan dan teratur, agar jiwa seseorang dapat diselamatkan.
Dalam melakukan resusitasi ada tahapan yang harus diperhatikan :
a.       Panggilan dokter
b.      Bersikan saluran pernafasan hidung, mulut dan copotlah manakala ada gigi palsunya
c.       Longgarkan pakaian yang menjepit leher, dada, atau perut
d.      Lakukan cara pernafasan buatan yang diketahui betul dan disesuaikan dengan kesdaan pendrita.
3.      Cara dan metode pernafasan buatan\\
Pertolongan  dengan pernafasan buatan hendaknya disesuaikan dengan keadaan penderita, misalnya kalau penderita punggung yang luka maka harus dengan telungkup, demikian pula sebaliknya secara prinsip adalah paling baik adalah pemberian pertukaran udara, hal ini disebabkan selain sudah dikerjakan juga tidak terlalu melelahkan.
Ada beberapa  cara/ metode pemberian pernafasan buatan, yaitu :
a.        Cara Schafer
Cara ini penderita dalam posisi terlungkup, mukanya menghadap kesamping, pipi rapat di atas tanah/ lantai.
Posisi penolong berlutut dengan menghadap ke punggung penderita. Kedua telapak tangan ditempatkan di atas tulang rusuk sebelah bawah penderita dengan ibu jari  berhempitan ± 3 cm jaraknya. Kedua lengan lurus dan bongkokkanlah badan kedepan sehingga kedua lengan menekan menekan secukupnya.
Hal ini akan terjadi “Expirasi
Tegakkanlah badan seperti kedudukan semula, sehingga tekanan pada dinding rongga lenyap, tapi tangan jangan dilepas dari punggung penderita.
Dengan lenyapnya tekanan muka dinding rongga akan terjadi inspirasi secara pasif Expirasi dan inspirasi dilakukan berulang sampai dua kali per menit cara ini kurang begitu baik karena inspirasinya secara pasif.








     Gambar 5.3  Resusitasi cara Schafer

Posisi kaki penolong dapat berganti-ganti. Penolong memegang lengan bawah si penderita dekat sikunya lalu angkatlah ke atas sampai ke belakang dan siku penderita hingga menyentuh lantai, ini kan terjadi “inspirasi”, kemudian turunkanlah kembali lengan penderita ke muka, kemudian dengan hati-hati tekanlah dada penderita maka akan terjadi “expirasi”.
Lakukan 12 kali per menit, yang perlu diperhatikan saat menekan dada jangan terlalu keras, dapat menyebabkan patah tulang rusuk.
b.      Cara mulut ke mulut

Penderita dibaringkan terlentang, kepalanya ditekan kebelakang, dagunya ditarik sebanyak mungkin ke atas penolong menarik nafas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut yang terbuka diatas mulut dan hidung penderita di pijet dengan telunjuk dan ibu juri. Tiupkanlah udara perlahan-lahan sehingga dadanya membesar, dengan demikian terjadi inspirasi dan lepaskanlah mulut dan hidung penderita akan terjadi keluarnya udara yang ditiupkan secara perlahan-lahanlah terjadi namanya expirasi.

c.       Cara-cara Holger Niesen
Pemberian cara pernafasan buatan ini paling baik untuk dilakukan, penolng tidak cepat lelah dan pertukaran udara baik. Expirasi maupun inspirasi dapat ibardilakukan secara aktif dan mudah dipelajari.
Caranya penderita dibaringkan dengan telungkup dengan kening dilettakkan di atas kedua tangan yang saling berhimpitan, penolong berdiri diatas satu kaki dan satu lutut didepan penderita. Perlulah penderita diantara kedua tulang belikat secara perlahan untuk mengeluarkan lidah si penderita agar tidak menghalangi pernafasannya. Letakkanlah kedua telapak tangan di atas tulang belikat penderita dengan kedua ibu jari menghadap tulang punggung, lengan penolong lurus dan tidak dibenkokkan. Penolong membengkokkan ke depan lengan tetap lurus dan berat badan bagian atas ditekan perlahan-lahan dan sama rata pada punggung penderita (terjadinya expirasi secara aktif) sedang gerakan inspirasinya, kedua tangannya penderita diuruskandi sejajar dengan bahu, kemudian peganglah siku penderita, badan penolong di gerakkan ke belakang untuk menarik lengan atas penderita sampai terasa tahanan bahu penderita. Dengan demikian terjadilah inspirasi secara aktif, hal ini lakukanlah 12 kali per menit.













Gambar 5.4  Gerakan Expirasi








Gambar 5.5   Gerakan inspirasi
C.    Gangguan Keadaan Umum

Gangguan keadaan umum adalah menyangkut mengenai alat-alat yang digunakan untuk hidup yaitu :
o   Susunan pernafasan (tidak teratur pernafasan)
o   Susunan syaraf pusat (ditandai dengan menurunya kesadaran)
o   System peredaran darah (ditandai dengan tidak teraturnya bahkan tidak berdenyut sama sekali nadi/ jantumg)
1.      Kelengar
Kondisi seseorang ini kesasaranya menurun, muka pusat, berkeringat dingin, nadi cepat dan hamper tidak teraba. Kelengar dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa menit, tapi dapat pula memburuk bahkan sampai meninggal.
a.       Penyebabnya yaitu pengambilan O2 kurang banyak, kemungkinan benyaknya orang berdesakan, terlalu capai, kepanasan, emosi (terlalu sedih) takut, ngeri (melihat darah) dan sebagainya.

b.      Cara menolong :
1.      Bawahlah kedaerah yang teduh segar banyak udara dan tidak dikerumuni orang.
2.      Baringkanlah diatas tanah, bangku, tanpa alas kepala sejajar dengan badan, miringkanlah apabila mau muntah
3.      Brikan bau-bauan
Rangsanglah dengan bau-bauan kepada penderita berupa : alkohol ammonia, minyak wangi, bawang putih dan sebagainya.
4.      Boleh diberikan minum, manaklah penderita sudah mampu meminum sendiri yaitu dengan minuman, hangat-hangat paki gula.
2.      Shock
Shock adalah suatu gangguan, dimana pembuluh darah kurang terisi sehingga pengaliran darah mengalami gangguan sehingga kesadaran munurun , tak bergerak namun gelisah, muka pucat, bibir kering dan selalu haus.
Penderita lemah mengantuk, keringat dingin, nadi cepat dan sukar dirasakan.
a.       Penyebab :
Perdarahan, cairan tubuh banyak keluar karena hilang bersama muntah dan diarrhea, pada luka bakar yang luas, keadaan alergi, sakit yang hebat.
b.      Cara menolong
1.      Mintalah pertolongan dokter dan penderita segera di bawah kerumah sakit.
2.      Bawalah penderita ke tempat yang segar udaranya, dijauhkan dari tempat kecelakaan.
3.      Perdarahan yang ada dihentikan dengan jalan membalutnya. Cegah terjadinya infeksi pada luka-luka yang ada.
4.      Longgarkan pakaian yang menjepit leher, dad dan perut agar pernafasan tak terganggu.
5.      Selimuti penderita agar tidak kedinginan, sebaliknya dijaga agar jangan berkeringat, jadi selimutnya jangan terlalu tebal.
6.      Bila penderita masih sadar dan menginginkannya berilah minum air the hangat bergula atau susu. Jangan diberi alkohol.









Gambar 5.6  Perawatan Otak Schok
 
3.      Pingsan
Pingsan adalah gangguan yang lebih berat dari kelengar.
Kesadarn menurun. Berbeda dengan kelengar, pada keadaan pingsan penderita tidak member reaksi menghindari bila dirangsang dengan rangsang sakit. Pada kelengar masih ada reflex menghindari rangsang sakit dan bila dipanggul masih memberi jawaban walaupun tidak jelas. Pada orang pingsan tidak memberi jawaban sama sekali. Biasanya tak bergerak tapi dapat pula gelisah. Pernafasan dapat teratur maupun tidak. Nadi biasanya cepat  dan sukat untuk meraba. Dapat pula lambat dan tak teratur.
a.       Penyebab :
*        Darah kekurangan oksigen yang disebabkan karena pernafasan terhalang misalnya : tercekik, saluran nafas tersumbat, tenggelam tertimbun, atau karena udara pernafasan kurang mengandung oksigen, misalnya bekurung dalam ruang tetutup dan tidak berventilasi.
*        Kerusakan jaringan otak misalnya : karena pukulan yang mengenai kepala, karena tabrakan (gegar otak), karena infeksi pada otak dan sebagainya.
*        Keracunan dapat memulai makanan/ minuman ataupun memulai pernafasan.
*        Tertekan arus listrik
*        Penyakit-penyakit misalnya : ayan (epilepsi), penyakit ginjal yang berat, kencing manis (dabetes melitus)
b.      Cara menolong :
Pertolongan sama dengan pada kelngar hanya harus disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
Harus diusahakan agar penderita segera mendpatkan pertolongan dokter.
4.      Mati suri
Mati suri adalah dimana penderita tidak sadar, pergerakan nafas dan denyut jantug berhenti atau tak dapat dirasakan, tapi kaku mayat dan lebam mayat tidak terdapat.
a.       Penyebab pingsan sama dengan yang lainnya, Karena mati suri inipun merupakan tingkat lanjutan d ri gangguan keadaan umum yang lainnya yang lebih ringan.
Bila dalam keadaan mati suri ni penderita masih belum mendapatkan pertolongan, ia akan meinggal.
b.      Cara menolong
Yang terpenting adalah :
*        Perbaikan pernafasan dengan jalan melakukan “pernafasan buatan” (resusitasi)
*        Perbaikan peredaran darah dengan jalan “mengurut jantung” (masase jantung).
Sebaiknya sebaiknya pernafasan buatan dan masase jantung dilakukan bersamaan. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai penderita bernafas teratur dan denyut natangadi teraba dipergelangan tangan atau sampai penderita meninggal yang sedapat-dapatnya ditentukan oleh dokter.
Dalam memberikan pertolongannya perlu keuletan dan usaha yang sungguh-sungguh, karena seringkali baru menunjukkan ada hasinya setelah dilakukan beberapa jam.
Tanda-tanda mati perlu diketahui karena selama tanda-tanda ini belum nampak, maka usaha pernafasan buatan masih harus terus dilakukan.
Tanda-tanda mati yang pasti adalah :
*        Kaki mayat (rigor mortl. Mula-ta meninggis)
Kaku mayat timbul 2 – 4 jam setelah penderita meninggal. Mula-mula pada otot rahang dan otot-otot kuduk ke otot-otot anggota gerak dan otot yang lainnya. Lengkap selama 12 jam.
*        Lebam mayat (livoris mortis)
Terjadi 3 – 4 jam setelah penderita meninggal. Berupa bercak-cercak biru ungu yang terdapat pada bagian terendah dari mayat. Bila telungkup terdapat pada bagian punggung dan betis, bila telungkup terdapat pada bagian muka, perut dan bagian tubuh sebelah muka yang lainnya.
Rangkuman





Ø  Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah pertolongan sementara yang diberikan terhadap seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan sebelum di tangani oleh tim medis/ dokter.
Ø  Perdarahan yang hebat perlu diperhatiakan terutama dari man aperdarahan itu : dari vena atau arteri dan perlu  dilakukan.
*        Meninggikan posisi luka
*        Penekanan luka (tourniquet)
*        Membalut
*        Janan gagu darah yang sudah beku pada luka.
Ø  Pernafasan yang berhenti perlu diberikan penyelamatan terhadap jiwanya dengan jalan :
*        Dibuka tempat/ lubang pernafasan
*        Diberikan nafas buatan (resusitasi)
*        Pengetrapan metode nafas buatan
-          Cara Schafer
-          Cara Eva
-          Cara Silvester
-          Cara dari mulut ke mulut
-          Cara Holger-Niesen
Ø  Keracunan segera diatasi dengan memperhatikan :
*        Gejalanya keracunan
*        Mengadakan pertolongan
*        Mengeluarkan racun dari lambung
*        Berikan penyerap racun dengan norit dan bakaran roti hangus.
*        Mengirim penderita ke rumah sakit.
Ø  Shock suatu gangguhakelenggarn, dimana pembuluh darah kurang terisi, sehingga alira darah mengalami gangguan
Ø  Kelengar : kesadaran seseorang yang menurun, muka pucat, berkeringat dingin, disebabkan pengambilan O2 kurang banyak dan kecapaian terlalu berat, kepanasan, dan emosi (terlalu sedih).
Ø  Pingsan : kesadaran menurun tanpa memberikan reaksi, namun punya gelisah,  pternafasan dapat teratur maupun tidak teratur.
Ø  Mati suri : adalah gangguan dimana penderita tidak sadar, namun pergerakkan nafasnya dan denyut jantng/ nadi berhenti/ tak dirasakan (tapi kaku mayat dan lebam mayat tidak terdapat).
 
















































DAFTAR PUSTAKA

Alman, JR. FL, 1984. Rhabilitation Following Athletic Injuries. In : O’Donoghue, DH, (ed):
Treatment of Injuries tu Athletic Philadelphia, W.B. Saounders Co.
Andun Sudijandoko, 1995, Pola Rehabilitasi Atlet Yang Cedera, IKOR. UNAIR, Surabaya.
Bayu Santoso, 1994. Cedera olahraga Konggres Nasional III. Perdosri, Surabaya.
Brukner Peter, 1993. Clinical Sports Medicine, Sydney, Australia.
Djoko Roshadi, 1995. Aspek Orthopaedi Pada Usia Lanjut. Bedah Orthopaedi, Unair.Surabaya
Entjang Indah, 1991. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fatchur Racham, 1992. Modalitas Terapi Fisik Pada Penatalaksanaan Nyeri, Unit Rehabilitasi
Medic RSUD. Dr. Soetomo/ FK. Unair Surabaya.
Hairy junusul, 1999. Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan. Depdikbud Dir Digutentis, Jakarta.
Krismanto, 1994. Cedera Olahraga Dan Pertolongan Pertama, Symposium Cedera Olahraga,
Pedosri, Surabaya.
Strauss, RH, 1979. Sport Medicine And Physiology. Philadelphia Saundres.
Sukrna I.P. 1994. Penyebab Cedera Olahraga. Lab. UPF Ilmu Bedah FK. Unair Surabaya.
Soelarto R, 1994. Peranan rehabilitasi dalam kedokteran olahraga. FKUI, Jakarta.
Thamrinsyam, 1994. Pandangan Umum Cedera Olahraga, Simposium Sport Medicine,
Surabaya.


No comments:

Post a Comment