TEORI-TEORI
PERKEMBANGAN ANAK
DI SUSUN OLEH
:KELOMPOK 9
1 1.
APITA MARELI : 06061181419001
2.
FADHILA
HADYANTO : 06061181419007
3.
SHUFIANDI
RASYID :
06061181419012
4.
M.YUSUF :
06061181419015
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEGURURAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan ini dari waktu ke waktu manusia (makhluk
hidup) mengalami suatu perkembangan, entah itu dalam fisik atau
psikologisnya.Dimana dalam kehidupan sehari-hari perkembangan fisik lebih
dikenal dengan sebutan pertumbuhan, sedangkan pada yang lainnya (non fisik)
dinamakan perkembanga psikologis.
Perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai
perubahan-perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia (binatang) diantara
konsepsi (pembuahan) dan mati.Dimana dalam makalah ini sedikit banyak akan
dibahas mengenai teori-teori psikologi perkembangan anak tersebut. Sehingga
dengan dibahasnya teori-teori tersebut dapat membantu orangtua atau guru dalam
memahami tingkah laku dan mendidik anak-anaknya.
Sehinnga ketika besok kita sudah menjadi guru atau orang tua
tidak salah dalam mendidik atau menanggapai tingkah laku anak didik atau anak
kita sendiri.Karena banyak kasus yang salah dalam pengambilan tindakan yang
dilakukan guru atau orangtua terhadap anak didiknya atau anaknya sendiri. Yaitu
salah dalam hal memahami keinginan atau tindakan “super” (anak berkebutuhan
khusus) dari peserta didik atau anak kita sendiri.
Sehinnga disuatu kesempatan kita tidak menghambat langkah
dari anak-anak tersebut.Yaitu ketika anak sudah pintar berlari kita malah baru
mengajarinya berjalan, dan ketika para anak-anak sudah dapat terbang kita
sebagai guru atau orang tua malah baru mengajarinya berlari.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN ANAK
Dia-lah
yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan
sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang
ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
(Q.S
Al-:Mu’min :40:67).
Jauh sebelum para ahli psikologi dan pendidikan anak
mengemukakan mengenai teori-teori perkembangan anak, terlebih dahulu Allah
telah menerangkannya di dalam Al-Qur’an, yaitu yang terdapat dalam surat
Al-mu’min ayat 40. Sebagaimana yang tertulis di atas tersebut.
1.
PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Apa asebenarnya pengertian perkembangan itu? Istilah
perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam artian biasa memang
hampir sama. Keduanya dapat diartikan adanya perubahan dari keadaan sesuatu
kekeadaan yang lain. Namun pada istilah pertumbuhan dititik beratkan pada
perubahan fisik, sedangkan istilah perkembangan digunakan kalau lebih
menekankan pada perubahan psikis.
Sebagaimana Monks dkk. menuliskan istilah pertumbuhan khusus
dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi fisik yang
murni, sedangkan istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang
khas mengenai gejala psikologik yang Nampak. Dan tidak dapat disangkal
bahwasannya pertumbuhan fisik mempengaruhin perkembamngan psikis, karena
keduanya memang tidak dapat dipisahkan.
Dalam penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat
perbedaan di dalam memahami apa yang termasuk dalam perkembangan dan mengenai
cara perkembangan berlangsung. Namun terdapat beberapa prinsip umum yang didukung
hampir semua ahli, yaitu :
a.
Manusia berkembang dalam tingkat
yang berbeda
Dalam kelas anda akan memiliki
seluruh benangan contoh mengenai tingkat perkembangan yang berbeda. Beberapa
siswa akan lebih besar, terkoordinasi lebih baik, atau lebih dewasa dibannding
dengan yabg lainnya.
b. Perkembangan relatif runtut
Orang cenderung mengembangkan
kemampuan tertantu sebelum kemampuan yang lain.
c.
Perkembangan berjalan secara gradual
Sangat jarang perubahan terjadi
setiap hari.Jadi di dalam perkembangan manusia membutuhkan waktu, dan
perkembangan itu berjalan relatif sangat lambat dan tidak setiap hari
berlangsung.
2. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
Dalam
makalah ini kita (penulis) akan membahas mengenai teori-teori perkembangan,
yang diantaranya yaitu :
1. Teori
Nativisme ( Teori yang Berorientasi pada Biologi )
Aliran
nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan)
yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa
sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak
dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata
dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau ayahnya
pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpandangan
bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk.Oleh karena
itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak
lahir.Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh
anak didik itu sendiri.Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan
yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan
pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri
dalam proses belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada
artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan
anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan
jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik,
maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak
dapat dirubah dari kekuatan luar.
Tokoh utama (pelopor) aliran nativisme adalah
Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860). Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang
ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa
pentingnya inti privasi atau jati diri manusia.Meskipun dalam keadaan
sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak
juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya.Tetapi pembawaan itu
bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan.Masih
banyak faktor yang dapat memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam
menuju kedewasaan.
2. Teori Empirisme ( Teori Lingkungan )
Aliran empirisme, bertentangan dengan paham
aliran nativisme. Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui
adanya pembawaan atau potensinya di bawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa
anak manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak
membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar
peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran
empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan
stimulasi eksternal dalam per-kembangan peserta didik.Pengalaman belajar yang
diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang
berupa stimulan-stimulan.Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang
filosof Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula
Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman
empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini,
seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta
didiknya.
Menurut Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme
ini berpandangan behavioral, karena menjadikan perilaku manusia yang tampak
keluar sebagai sasaran kajaiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu
terutama sebagai hasil belajar semata-mata.Dengan demikian dapat dipahami bahwa
keberhasilan belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah
lingkungan sekitarnya.Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari
pihak pendidik dalam mengajar mereka.
3. Teori Konvergens
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen,
artinya bersifat menuju satu titik pertemuan.Aliran ini berpandangan bahwa
perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan,
kedua-duanya memainkan peranan penting.Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi
telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu
menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia
yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi
bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak
tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern
(1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Bakat yang dibawa anak sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.Jadi
seorang anak yang memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik
yang mengarahkannya, maka kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini
berarti bahwa dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan
seorang pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni
nativisme, empirisme dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar
kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme)
mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang
ekslusif dengan cirinya ekstrim berat sebelah.Sedangkan aliran yang terakhir
(konvergensi) pada umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan
belajarnya.Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor
mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu.
Keberhasilan teori belajar mengajar jika
dikaitkan dengan aliran-aliran dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan
yang berbeda antara aliran yang satu dengan aliran lainnya.Menurut aliran
nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan,
sedangkan menurut aliran empirisme bahwa justreru lingkungan yang mempengaruhi
peserta didik tersebut.Selanjutnya menurut aliran konvergensi bahwa antara
lingkungan dan bakat pada peserta didik yang terbawa sejak lahir saling
memengaruhi.
Al-Qur’an dan hadist sendiri sebagai acuan
dasar pendidikan Islam dalam menerangkan teori belajar mengajar telah
memberikan konsep terhadap pemikiran yang terdapat aliran nativisme, empirisme
dan konvergensi. Dalam hal ini, Al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan
seorang anak (peserta didik) sejak lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini
adalah dasar keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut
Al-Qur’an di samping dapat menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat
menerima pengaruh dari luar (lingkungan).Untuk mengembankan fitrah ini, maka
sangat pendidikan kedudukan pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
4. Teori
Interaksionisme
Teoritikus yang terkenal adalah
Piaget.Menurut, cara-cara berpikir tertentu sangat sederhana bagi seorang
dewasa, tidaklah sesederhaana pemikiran yang dilakukan seorang anak.Terdapat
batas-batas tertentu pada anak atas materi yang dapat diajarakan pada satu
waktu tertentu dalam masa kehidupan anak tersebut.
Teori Piaget menganggap perkembangan
sepanjang waktu sebagai sebuah kemajuan tingkat. Ia percaya bahwa semua orang
muda melalui empat tingkat perkembangan kognitif yang sama dalam masa
perkembangannya. Selanjutnya, mereka melalui tingkat-tingkat yang sama dengan
cara yang sungguh sama.
Empat tingkat perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget
yaitu :
a.
Masa Bayi (Bakita) : Tingkat
Sensomotori
Periode
perkembangan pada tingkat ini didasarkan pada informasi yang diperoleh dari
indera (sensori) dan dari tindakan atau gerakan tubuh (motor) bayi.Prestasi
terbesar bayi adalah kesadaran bahwa lingkungan benar-benar di luar
jangkauannya, baik yang bayi mampi rasakan ayau tidak.
Prestasi
besar kedua periode sensormotor adalah mukainya tindakan dengan tujuan terarah
yang logis.Memikirkan mengenai benda yang akrab atau disenangi oleh bayi.
b. Masa Anak-anak Awal : Tingkat
Pra-Operasional
Itelegensi
sensormotor sangat tidak efektif unyuk perencanaan ke depan atau mengingat
informasi. Untuk itu anak memerlukan apa yang disebut Piaget sebagai operasi,
atau tindakan yang dilakukan secara mental atau berani.
Menurut
Piaget, langkah awal tindakan berpikir adalah interalisasi tindakan. Pada akhir
tingkat sensormotor anak dapat menggunakan banyak skema tindakan.
c.
Tingkat Operasional Konkrit
Pada masa
ini anak-anak bergerak maju berpikir secara logis.Piaget menggunakan kata
operasional konkrit untuk mendiskripsikan tingkat pemikiran siap pakai ini.
Krakter dasar tingkat ini adalah bahwasannya siswa mengetahui :
·
Stabilitas logis dunia fisik
·
Fakta bahwa elemen-elemen dapat
diubah atau ditransformasikan dan tetap banyak menjaga banyak karakter aslinya
·
Bahwa perubahan-perubahan ini di
balik
d. Tingkat Operasional Formal
Pada
tingkat operasional formal, semua karakter operasi terdahulu terus
menguat.Pemikiran formak adlah mampu membalik, internal, dan mampu terorganisir
dalam sistem, bagian-bagian saling bergantung. Operasi formal mencakup apa yang
biasa kita kenal sebagai alasan ilmiah. Hipotesa dapat dibuat dan eksperimen
mentak berguna untuk mengujinya, dengan variabel yang diisolasi atau dikontrol.
Untuk jelasnya dibawah ini adalah tabel perkembangan
kognitif versi Piaget:
Tingkat
|
Usia
yang sesuai
|
karakter
|
Sensomotor
|
0-2
tahun
|
Mulai menggunakan imitasi
(meniru), memori, dan pikiran mulai mengetahui bahwa objek tidak sirna ketika
hilang, berubahnya dari tindakan refleks menuju tindakan yang terarah
|
Pra-Operasional
|
2-7
tahun
|
Mulai berkembangan bahasa dan kemampuan
berpikir dengan bentuk simbolis
Mampu memikirkan operasi secara
logis
Memiliki kesulitan mengetahui
sufut pandang orang lain
|
Operasional
Konkrit
|
7-11
tahun
|
Mampu memecahkan masalah-masalah
konkrit dengan cara logis
Memahami hukum perlindungan
|
Operasional
Formal
|
11-15
tahun
|
Mampu memecahkan masalah abstrak
dengan cara logis
Pemikiran menjadi lebih ilmiah
Mengembangkan terhadap isu-isu
sosial
|
5. Teori Psikodinamika
Teori Psikodinamika adalah teori
yang berupaya menjelaskan hakekat dan perkembangan kepribadian.Unsur-unsur yang
sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek
internal lainnya.Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika
terjadi konflik-konflik dari aspek-spek psikologi tersebut.Yang umumya terjadi
pada masa kanak-kanak dini. Para teoritisi psikodinamik percaya bahwa
perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi
oleh dorongan-dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa sejak lahir serta
pengalaman-pengalaman sosial dan emosional mereka. Perkembangan seorang anak
terjadi pada serangkaian tahap.Pada masing-masing tahap anak mengalami
konflik-konflik internal yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap
berikutnya.Teori Psikodinamik dalam psikologi perkembangan banyak dipengaruhi
oleh Sigmund Freud dan Eric Erikson.
Kelemahan teori ini adalah tidak dapat dibuktikan secara empirc.Teori ini
menitik beratkan pada perkembangan sosio-afektif.Bila dala teori ini
seksualitas menduduki tempat yang utama perlu diketahui juga bahwa libido dan
agresi (sebagai pernyataan nafsu mati) lalu berjalan bersama-sama. Jadi kalau
seksualitas ditekan karena norma pendidikan orang tua, maka agresi akan ditekan
juga. Hal ini mempunyai pengaruh yang menentukan bagi perkembangan kepribadian
anak.
Mengenai perkembangan pada anak
sendiri dapat di jelaskan beberapa macam perkembangan sebagai berikut, yaitu :
A. Perkembangan
Psikoseksual / Psikoanalitis
Sigmund Freud berfikir bahwa kepribadian orang dewasa
ditentukan oleh cara-cara mengatasi konflik antara sumber-sumber kesenangan
oral, anal, alat kelamin, serta tuntutan-tuntutan realitas.Bila konflik ini
tidak diatasi, individu dapatmengalami perasaan yang mendalam pada tahapan
perkembangan sikoseksual tertentu.
Teroi Psikoanalitis dari Freud
menekankan pentingnya pengalaman masa kanak-kanak awal dan motivasi dibawah
sadar dalam mempengaruhi perilaku. Freud berpikir bahwa dorongan seks dan
instink dan dorongan agresif adalah penentu utama dari perilaku, atau bahwa
orang bekerja menurut prinsip kesenangan. Teorinya
menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari tiga komponen, yaitu: id, ego
dan superego.
·
Id, merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan
unsur-unsur bilogis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan impuls-impuls
instinktif yang lebih dasar .
·
Ego, merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan
menjadi perantara antara kebutuhan instinktif organisme dengan keadaan
lingkungan .
·
Superego, adalah aspek sosiologis kepribadian karena merupakan
wakil nilai-niali tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan
orangtua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian
utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga
ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
Sedangkan dalam perkembangan psikoseksual anak sendiri Freud
mengemukakan bahwasannya, perkembangan anak dibagi dalam beberapa tahap atau
fase, yaitu:
a. Fase oral (0-11 bulan)
·
Selama masa bayi, sumber kesenangan
anak berpusat pada aktifitas oral : mengisap, mengigit, mengunyah, dan mengucap
serta ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman.
·
Masalah yang diperoleh pada
tahap ini adalah menyapih dan makan.
b. Fase anal (1-3 tahun)
· Kehidupan anak berpusat pada
kesenangan anak terhadap dirinya sendiri,sangat egoistik, mulai
mempelajari struktur tubuhnya.
· Pada fase ini tugas yang dapat
dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan.
· Anak senang menahan feses, bahkan
bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginanya.
· Untuk itu toilet training
adalah waktu yang tepat dilakukan dalam periode ini.
· Masalah yang yang dapat diperoleh
pada tahap ini adalah bersifat obsesif (gangguan pikiran) dan bersifat impulsif
yaitu dorongan membuka diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.
c. Fase phalik/oedipal ( 3-6 tahun )
·
Kehidupan anak berpusat pada
genetalia dan area tubuh yang sensitif.
·
Anak mulai suka pada lain jenis.
·
Anak mulai mempelajari adanya
perbedaan jenis kelamin.
·
Anak mulai memahami
identitas gender ( anak sering meniru ibu atau bapak dalam berpakaian).
d. Fase laten (6-12 tahun)
·
Kepuasan anak mulai terintegrasi,
anak akan menggunakan energi fisik dan psikologis untuk mengeksplorasi
pengetahuan dan pengalamannya melalui aktifitas fisik maupun sosialnya.
·
Pada awal fase laten ,anak
perempuan lebih menyukai teman dengan jeni skelamin yang sama, demikian juga
sebaliknya.
·
Pertanyaan anak semakin banyak,
mengarah pada sistem reproduksi (Ortu harus bijaksana dan
merespon)
·
Oleh karena itu apabila ada anak
tidak pernah bertanya tentang seks, sebaiknya ortu waspada ( Peran ibu dan
bapak sangat penting dlm melakukan pendekatan dengan anak).
e. Fase genital (12-18 tahun)
· Kepuasan anak akan kembali bangkit
dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
B. Perkembangan Psikososial ( Erik
Erikson )
Eric Erikson merupakan penganut teori psikodinamika atau
psikosialis dari Freud.Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud,
namun menambahkan dasar dasri orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan
psikososial.
Secara umum, Tahapan perkembangan psikosoial ini menekankan
perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia.Masing-masing tahap
terdiri dari tugas yang khas yang menghadapkan individu pada suatu permasalahan
atau krisis bilamana tidak dapat melampaui denagn baik. Semakin individu
tersebut mampu melampaui krisis, maka akan semakin sehat perkembangannya.
Adapun delapan tahapan perkembangan psikososial sepanjang siklus kehidupan
manusia dijelaskan sebagai berikut :
A. Percaya
versus tidak percaya (0-1 tahun)
·
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk
rasa percaya kepada seseorang baik ortu maupun orang yang mengasuhnya ataupun
perawat yang merawatnya.
·
Kegagalan pada tahap ini apabila
terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tida percaya.
B. Tahap otonomi versus rasa malu
dan ragu (1-3 tahun)
·
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri
dalam tugas tukem seperti dalam motorik kasar,halus : berjinjit ,
memanjat, berbicara dll.
·
Sebaliknya perasaan malu dan ragu
akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak
diberikan natau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
C. Tahap inisiatif vesrus rasa
bersalah (3 – 6 tahun ).
· Anak akan mulai inisiatif dalam
belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya
melalui kemampuan indranya.
· Hasil akhir yang diperoleh adalah
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
· Apabila dalam tahap ini anak
dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak.
D. Tekun versus rasa rendah diri
(6-12 tahun)
· Anak akan belajar untuk
bekerjasama dan bersaing dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan
melalui permainan yang dilakukan bersama.
· Anak selalu berusaha untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam melakukan
sesuatu.
· Apabila dalam tahap ini anak terlalu
mendapat tuntutan dari lingkunganya dan anak tidak berhasil memenuhinya maka
akan timbul rasa inferiorty
( rendah diri ).
· Reinforcement dari ortu atau orang
lain menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam
melakukan sesuatu.
E. Tahap identitas dan kebingungan
identitas ( 12-20 tahun)
· Pada tahap ini terjadi perubahan
dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal,
akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya kemudian.
· Apabila kondisi tidak sesuai
dengan suasana hati maka dapat menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran.
F.
Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
·
Individu menghadapi tugas
perkembangan relasi intim dengan orang lain.
Saaat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab dengan
oranglain, maka keintiman akan tercapai, namun bila tidak maka akan terjadi
isolas.
G. Bangkit versus tetap-mandeg ( 40-50 tahun )
·
persoalan utama pada fase ini adalah
mmbantu generasi muda mengembangkan/mengarahkan kehidupaan yang lebih berguna.
H. Keutuhan dan keputusasaaan ( 50
tahun keatas)
· pada tahun-tahun terakhir kehidupan,
kita menoleh kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dengan
kehidupan kita.
· Jika manusia usia lanjut
menyelesaikan hanya tahap sebelumnya secara negatif, pandangan retrospektif
cenderung akan menghasilkan rasa bersalah atau kemurangan yang disebut erikson
sebagai despair (putus asa)
BAB III
KESIMPULAN
Dari
uraian makalah diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai garis
besar dari makalah ini, yaitu bahwasannya terdapat berbagai macam mengenai
teori perkembangan anak, diantaranya yaitu:
1. Teori
Nativisme
Aliran nativisme ini, bertolak dari leibnitzian tradition yang
menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk
faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses
pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala
sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi
perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar
turunan, misalnya ; kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga
pintar.
2. Teori
Empirisme
Dalam teori belajar mengajar, maka
aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulasi eksternal dalam per-kembangan peserta didik.Pengalaman
belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.Stimulasi ini berasal dari alam bebas
ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.Karena
itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar
pengaruhnya pada faktor lingkungan.
3. Teori
Konvergensi
Aliran ini berpandangan bahwa
perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan,
kedua-duanya memainkan peranan penting.Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi
telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu
menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia
yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi
bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak
tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
4. Teori
Interaksionisme
Teori
ini menganggap perkembangan sepanjang waktu sebagai sebuah kemajuan tingkat. Ia
percaya bahwa semua orang muda melalui empat tingkat perkembangan
kognitif yang sama dalam masa perkembangannya. Selanjutnya, mereka
melalui tingkat-tingkat yang sama dengan cara yang sungguh sama.
5. Teori
Psikodinamika
Teori Psikodinamika adalah teori yang berupaya
menjelaskan hakekat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat
diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal
lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-spek psikologi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong,
Thomas. 2003. Sekolah Para Juara.Primagama
:Bandung
Bahruddin dan Wahyuni, Esa Nur.2010.
Teori Belajar & PEmbelajaran.
Ar-Ruz Media :Yogyakrta.
Tim Penulis Buku Psikologi
Pendidikan. 1993. Psikologi
Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta :
Yogyakarta.
Woolfolk, Anita E dan Nicolich,
Lorraine McCune.2004. Mengembangkan
Kepribadian & Kecerdasan Anak-Anak (Psikologi PEmbelajaran I).Inisiasi
Press : Jakarta.
No comments:
Post a Comment